Sunday, June 10, 2012

HOMO HOMINI LUPUS

Oleh: Rindang Resita Rizki

Jam 23.24 WIB, aku terbangun. Dan ternyata diluar sedang hujan. Entah kenapa malam ini hatiku gelisah, mau tidur lagi rasanya susah, nggak kayak biasanya yang begitu kebangun sedetik kemudian udah merem lagi.
Aku jadi ingat beberapa hal yang sungguh akhir-akhir ini sepertinya sudah sangat mengganggu kinerja otakku. Tadi siang aku beredar di Solo untuk memenuhi beberapa kebutuhanku, dan ditengah jalan ketika aku mengendarai sepeda motor tiba-tiba melintas di depanku bapak tukang becak mengayuh becaknya nyeberang jalan sambil mengangkat tangannya keatas. “maksudnya apa coba?”, batinku.., ih bapak ini kayaknya rada nggak waras kali ya..udah tahu dibelakangnya banyak kendaraan, kenceng-kenceng pula,hmmphh. aku ngerem ndadak biar nggak tubrukan sama becak nggak berkarakter itu, NYARISS. Dan nggak cuma aku, empat detik kemudian setelah bapak becak itu mengangkat tangannya sambil nyebrang jalan raya, kendaraan-kendaraan yang juga sedang melintas barengan sama aku langsung pada nglakson gemes. Oh Ya Allah…, sudah…, aku deg-degan.
Homo homini lupus. Adalah istilah untuk menjelaskan bahwa dalam keadaan yang sangat terdesak maka manusia akan cenderung mendahulukan kebutuhan dirinya untuk terpenuhi, tidak lagi peduli orang lain mau gimana, yang penting dirinya selamat.
Misal, ada 20 orang tak sekap dalam satu ruangan yang sempit dan nggak ada lubang ventilasi sama sekali, cuma tak kasih lubang satu dan cuma sebesar ujung hidung manusia normal. Maka yang mungkin akan terjadi adalah ke-20 orang itu akan berebut untuk bisa menempelkan hidung mereka ke lubang itu untuk dapat mengambil udara segar dari luar agar bisa bertahan hidup. Tidak peduli orang lain yang disebelahnya akan mati perlahan karna kehabisan oksigen atau tidak. Ahli psikologi mengidentifikasi hal itu sebagai tindakan yang manusiawi. Tetapi perlu dicatat bahwa itu HANYA jika keadaannya sangat mendesak sekali, dan jika sudah akan berakibat pada kematian.
Istilah tersebut adalah pengetahuan pertama yang aku dapat dari dosen sosiologiku waktu aku kuliah sosiologi semester satu dulu kala. Aku masih inget sama dosennya, namanya Bu Tuti Hardjajani,M.Si J, terimakasih bu Tuti.. J.
Oke, sebelumnya aku masih bisa berpikir positif terhadap sikap bapak becak yang bahaya itu. Oh mungkin emang beliau lagi keburu-buru, oh mungkin emang penumpangnya yang bawel pingin cepet sampai, atau mungkin bapaknya selak kebelet pipis jadi akal sehatnya cuma bisa beroperasi setengah waktu nyeberang tadi, aku masih melakukan banyak pemakluman. Tapi beberapa menit kemudian setelah aku lihat impact yang terjadi dikarenakan ulah bapak becak itu aku jadi berubah pendapat, bahwa menurutku bapak becak itu egois sama sekali, tidak berkarakter. Bagaimana mungkin dia bisa bersikap sedemikian bodoh hingga sama sekali tidak mempedulikan lagi keselamatan orang lain yang ada disekitarnya. Padahal jika dia berhenti sebentar saja untuk menunggu jalan luang agar bisa menyeberang juga tidak akan matii, kecuali kalau takdir Allah mengatakan saat itu tiba-tiba dia kena serangan jantung.
Beberapa hari yang lalu aku juga di bagi note sama salah satu sahabat terbaikku, namanya Arfi Nurul Hidayah. Diapun mengalami hal yang hampir sama denganku. Ketika naik bus umum dia lihat ibu-ibu disebelahnya nyerobot tempat duduk dan kemudian dengan santainya makan cemilan tanpa mempedulikan kondisi orang-orang disebelahnya yang sedang berdesakan tak nyaman sama sekali. Padahal arfi cerita saat itu suasana lagi crowded banget. Dia juga sempat heran dengan sikap ibu-ibu itu, kenapa bisa sebegitu cueknya dengan keadaan sekitar, ironis.
Sikap mereka itu tidak bisa dimasukkan dalam jajaran contoh perilaku Homo homini lupus, karena mereka berbuat mengabaikan sesama pada saat lingkungan masih sangat berpihak, masih cukup kondusif, tidak terlalu menekan, dan kalau mereka tidak melakukan itu mereka tidak akan mati. Justru sebaliknya, manusia-manusia tersebut seharusnya bisa sedikit berlapang dada untuk menggunakan rasa pedulinya, rasa kasihnya, dan rasa saling menjaganya kepada sesama, dan itulah yang aku sebut dengan perilaku berkarakter.
                                                          *******
Banyak hal yang sudah aku saksikan di tahun 2012 ini, dan menurutku itu sangat menyakitkan. Berapa banyak orang yang katanya pintar dan mempunyai gelar sangat panjang di belakang namanya melakukan kejahatan, dan ujung-ujungnya mereka kebal hukum karena punya banyak uang. Karena punya jabatan yang tinggi dan disegani orang disana sini. Maka apa orang seperti itukah yang memang layaknya dihormati dan disegani???, aku tanya.
Dari level tukang becak, ibu-ibu rumah tangga, pejabat rendah, pejabat nanggung, hingga pejabat tinggi nan terhormat. Mengapa kelakuan mereka tidak jauh beda?, mayoritas seperti itu. Tidak peduli dengan kenyamanan orang lain dan yang penting dirinya sendiri bisa hidup nyaman. Padahal sudah tidak perlu dijelaskan lagi bahwa tingkatan ilmu mereka pastilah berbeda. Bukankah kata guru SD ku dulu bahwa ilmu itu menentukan baik tidaknya perilaku seseorang?, gitu nggak sih?.
Aku jadi berfikir, apa memang peradaban jaman sekarang itu sudah sedemikian mengerikannya ya?, apa memang benar kata orang-orang yang bilang bahwa jaman sekarang itu kalau masih mempraktekkan pola hidup yang baik justru malah hancur?, karena nggak jarang aku dengar mereka bilang “jaman sekarang mbak..wong jujur itu malah ajur”. Jadi, apa sebaiknya kita tidak usah berlaku jujur saja?, apa kita tidak perlu lagi peduli dengan orang lain saja?, apakah memang harus begitu agar kita bisa bertahan hidup dan bisa hidup dengan layak?.
Andai Rosululloh punya akun facebook mungkin aku akan menulis di wall beliau pertanyaan seperti itu. Karna aku yakin beliau akan mereplay ku dengan jawaban “tentu tidak Rindang.. J”, disertai senyum dibelakangnya. Karena memang tidak seperti itu bukan seharusnya kita bersikap?..:-)
Duapuluh empat tahun tujuh hari sudah aku selalu bernafas dengan udaranya Allah, berjalan dibuminya Allah, makan makanan dari makhluknya Allah, dan minum dengan airnya Allah. Sudah banyak rasanya hal salah yang aku lakukan, meski itu aku lakukan tanpa sengaja. Seperti dulu ketika aku juga tanpa sengaja memecahkan gelasnya ibu sewaktu aku berumur 5 tahun. Tapi tetap, rasanya sangat menyesal dan merasa sangat gelo, seketika seperti tak tahu harus berbuat apa. Dalam hati mengutuk diri kenapa tadi aku tidak memegang gelas itu dengan kuat dan hati-hati sehingga tidak jatuh dan pecah :-(
Banyak hal yang belum aku mengerti tentang dunia. Aku baru tahu kalau ternyata kehidupan tidak lebih mudah dari belajar berenang di kedalaman 3 meter. Aku baru tahu kalau ternyata membangun peradaban yang baik dan mulia lebih rumit daripada menyelesaikan soal matematika integral seperti ketika aku kelas 3 SMA dulu. Dan satu hal yang paling dapat aku simpulkan, dari semua hal yang aku lihat hingga tahun 2012 ini adalah “Orang sukses dengan uang banyak dan jabatan yang tinggi itu sudah begitu banyak dan sudah sangat biasa, tetapi orang sukses dengan karakter yang mulia plus mempunyai kualitas diri yang baik itu masih bisa dihitung dengan jari”, dan tipe yang terakhir adalah cita-citaku, setidaknya aku selalu berdoa seperti itu :-)
Aku selesai menulis tulisan ini tepat pada sepertiga malam-Nya. Minggu, 10 Juni 2012, 02.26 p.m. dan malaikat ada dibelakangku untuk kemudian menyampaikan pintaku pada-Nya. Setidaknya lagi aku berharap begitu :-)

No comments:

Post a Comment