Jam
23.24 WIB, aku terbangun. Dan ternyata diluar sedang hujan. Entah kenapa malam ini
hatiku gelisah, mau tidur lagi rasanya susah, nggak kayak biasanya yang begitu
kebangun sedetik kemudian udah merem lagi.
Aku
jadi ingat beberapa hal yang sungguh akhir-akhir ini sepertinya sudah sangat
mengganggu kinerja otakku. Tadi siang aku beredar di Solo untuk memenuhi
beberapa kebutuhanku, dan ditengah jalan ketika aku mengendarai sepeda motor
tiba-tiba melintas di depanku bapak tukang becak mengayuh becaknya nyeberang
jalan sambil mengangkat tangannya keatas. “maksudnya apa coba?”, batinku.., ih bapak ini kayaknya rada nggak waras kali
ya..udah tahu dibelakangnya banyak kendaraan, kenceng-kenceng pula,hmmphh. aku
ngerem ndadak biar nggak tubrukan sama becak nggak berkarakter itu, NYARISS.
Dan nggak cuma aku, empat detik kemudian setelah bapak becak itu mengangkat
tangannya sambil nyebrang jalan raya, kendaraan-kendaraan yang juga sedang
melintas barengan sama aku langsung pada nglakson gemes. Oh Ya Allah…, sudah…,
aku deg-degan.
Homo
homini lupus. Adalah istilah untuk menjelaskan bahwa dalam keadaan yang sangat
terdesak maka manusia akan cenderung mendahulukan kebutuhan dirinya untuk
terpenuhi, tidak lagi peduli orang lain mau gimana, yang penting dirinya
selamat.
Misal,
ada 20 orang tak sekap dalam satu ruangan yang sempit dan nggak ada lubang
ventilasi sama sekali, cuma tak kasih lubang satu dan cuma sebesar ujung hidung
manusia normal. Maka yang mungkin akan terjadi adalah ke-20 orang itu akan
berebut untuk bisa menempelkan hidung mereka ke lubang itu untuk dapat
mengambil udara segar dari luar agar bisa bertahan hidup. Tidak peduli orang
lain yang disebelahnya akan mati perlahan karna kehabisan oksigen atau tidak.
Ahli psikologi mengidentifikasi hal itu sebagai tindakan yang manusiawi. Tetapi perlu dicatat bahwa itu HANYA jika
keadaannya sangat mendesak sekali, dan jika sudah akan berakibat pada kematian.
Istilah
tersebut adalah pengetahuan pertama yang aku dapat dari dosen sosiologiku waktu
aku kuliah sosiologi semester satu dulu kala. Aku masih inget sama dosennya,
namanya Bu Tuti Hardjajani,M.Si J,
terimakasih bu Tuti.. J.
Oke,
sebelumnya aku masih bisa berpikir positif terhadap sikap bapak becak yang
bahaya itu. Oh mungkin emang beliau lagi keburu-buru, oh mungkin emang
penumpangnya yang bawel pingin cepet sampai, atau mungkin bapaknya selak
kebelet pipis jadi akal sehatnya cuma bisa beroperasi setengah waktu nyeberang
tadi, aku masih melakukan banyak pemakluman. Tapi beberapa menit kemudian setelah
aku lihat impact yang terjadi
dikarenakan ulah bapak becak itu aku jadi berubah pendapat, bahwa menurutku bapak
becak itu egois sama sekali, tidak berkarakter. Bagaimana mungkin dia bisa
bersikap sedemikian bodoh hingga sama sekali tidak mempedulikan lagi
keselamatan orang lain yang ada disekitarnya. Padahal jika dia berhenti
sebentar saja untuk menunggu jalan luang agar bisa menyeberang juga tidak akan
matii, kecuali kalau takdir Allah mengatakan saat itu tiba-tiba dia kena
serangan jantung.
Beberapa
hari yang lalu aku juga di bagi note sama
salah satu sahabat terbaikku, namanya Arfi Nurul Hidayah. Diapun mengalami hal
yang hampir sama denganku. Ketika naik bus umum dia lihat ibu-ibu disebelahnya
nyerobot tempat duduk dan kemudian dengan santainya makan cemilan tanpa
mempedulikan kondisi orang-orang disebelahnya yang sedang berdesakan tak nyaman
sama sekali. Padahal arfi cerita saat itu suasana lagi crowded banget. Dia juga sempat heran dengan sikap ibu-ibu itu,
kenapa bisa sebegitu cueknya dengan keadaan sekitar, ironis.
Sikap
mereka itu tidak bisa dimasukkan dalam jajaran contoh perilaku Homo homini lupus, karena mereka
berbuat mengabaikan sesama pada saat lingkungan masih sangat berpihak, masih
cukup kondusif, tidak terlalu menekan, dan kalau mereka tidak melakukan itu
mereka tidak akan mati. Justru sebaliknya, manusia-manusia tersebut seharusnya bisa
sedikit berlapang dada untuk menggunakan rasa pedulinya, rasa kasihnya, dan
rasa saling menjaganya kepada sesama, dan itulah yang aku sebut dengan perilaku
berkarakter.
*******
Banyak
hal yang sudah aku saksikan di tahun 2012 ini, dan menurutku itu sangat
menyakitkan. Berapa banyak orang yang katanya pintar dan mempunyai gelar sangat
panjang di belakang namanya melakukan kejahatan, dan ujung-ujungnya mereka kebal
hukum karena punya banyak uang. Karena punya jabatan yang tinggi dan disegani
orang disana sini. Maka apa orang seperti itukah yang memang layaknya dihormati
dan disegani???, aku tanya.
Dari
level tukang becak, ibu-ibu rumah tangga, pejabat rendah, pejabat nanggung,
hingga pejabat tinggi nan terhormat. Mengapa kelakuan mereka tidak jauh beda?,
mayoritas seperti itu. Tidak peduli dengan kenyamanan orang lain dan yang
penting dirinya sendiri bisa hidup nyaman. Padahal sudah tidak perlu dijelaskan
lagi bahwa tingkatan ilmu mereka pastilah berbeda. Bukankah kata guru SD ku
dulu bahwa ilmu itu menentukan baik tidaknya perilaku seseorang?, gitu nggak
sih?.
Aku
jadi berfikir, apa memang peradaban jaman sekarang itu sudah sedemikian mengerikannya
ya?, apa memang benar kata orang-orang yang bilang bahwa jaman sekarang itu
kalau masih mempraktekkan pola hidup yang baik justru malah hancur?, karena
nggak jarang aku dengar mereka bilang “jaman sekarang mbak..wong jujur itu
malah ajur”. Jadi, apa sebaiknya kita tidak usah berlaku jujur saja?, apa kita
tidak perlu lagi peduli dengan orang lain saja?, apakah memang harus begitu
agar kita bisa bertahan hidup dan bisa hidup dengan layak?.
Andai
Rosululloh punya akun facebook mungkin aku akan menulis di wall beliau pertanyaan
seperti itu. Karna aku yakin beliau akan mereplay ku dengan jawaban “tentu
tidak Rindang.. J”,
disertai senyum dibelakangnya. Karena memang tidak seperti itu bukan seharusnya
kita bersikap?..:-)
Duapuluh
empat tahun tujuh hari sudah aku selalu bernafas dengan udaranya Allah, berjalan
dibuminya Allah, makan makanan dari makhluknya Allah, dan minum dengan airnya
Allah. Sudah banyak rasanya hal salah yang aku lakukan, meski itu aku lakukan
tanpa sengaja. Seperti dulu ketika aku juga tanpa sengaja memecahkan gelasnya
ibu sewaktu aku berumur 5 tahun. Tapi tetap, rasanya sangat menyesal dan merasa
sangat gelo, seketika seperti tak
tahu harus berbuat apa. Dalam hati mengutuk diri kenapa tadi aku tidak memegang
gelas itu dengan kuat dan hati-hati sehingga tidak jatuh dan pecah :-(
Banyak
hal yang belum aku mengerti tentang dunia. Aku baru tahu kalau ternyata
kehidupan tidak lebih mudah dari belajar berenang di kedalaman 3 meter. Aku
baru tahu kalau ternyata membangun peradaban yang baik dan mulia lebih rumit
daripada menyelesaikan soal matematika integral seperti ketika aku kelas 3 SMA
dulu. Dan satu hal yang paling dapat aku simpulkan, dari semua hal yang aku
lihat hingga tahun 2012 ini adalah “Orang sukses dengan uang banyak dan jabatan
yang tinggi itu sudah begitu banyak dan sudah sangat biasa, tetapi orang sukses
dengan karakter yang mulia plus mempunyai kualitas diri yang baik itu masih
bisa dihitung dengan jari”, dan tipe yang terakhir adalah cita-citaku,
setidaknya aku selalu berdoa seperti itu :-)
Aku
selesai menulis tulisan ini tepat pada sepertiga malam-Nya. Minggu, 10 Juni
2012, 02.26 p.m. dan malaikat ada dibelakangku untuk kemudian menyampaikan
pintaku pada-Nya. Setidaknya lagi aku berharap begitu :-)