Thursday, August 30, 2012

SOLO BERKARAKTER

Sebuah kota yang maju adalah kota yang besar, mempunyai banyak gedung pencakar langit, dan pertumbuhan ekonomi yang baik. Kira-kira seperti itulah penilaian klasik masyarakat jika ditanya tentang bagaimana definisi kota yang maju. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan persepsi itu. Memang benar bahwa definisi kota yang maju salah satunya adalah demikian. Namun fenomena bercerita bahwa di lini lain banyak hal yang terkadang bertumbuh tidak sejalan, yaitu faktor immateriil. Gedung bertingkat tinggi nyatanya tidak jarang justru dijadikan sebagai media bunuh diri. Penyakit masyarakat yang merajalela atau perilaku masyarakat yang semakin hari semakin apatis, baik secara sosial maupun moral semakin memperjelas bahwa tidak bijak rasanya jika kita menilai sebuah peradaban hanya dari bentuk fisiknya saja.

Sejarah dinamika sosial berkisah bahwa perubahan yang tidak seimbang antara materiil dengan immateriil dapat memicu permasalahan tertentu dalam suatu daerah atau kota. Pembangunan yang hanya difokuskan pada fisik atau non fisik saja seringkali menjadi kambing hitam dari semua masalah yang muncul. Komposisi masyarakat yang sangat heterogen, dengan pandangan dan pola pikir yang heterogen pula, jika tidak disikapi dengan bijak maka tak jarang akan berhilir pada kacaunya tatanan sosial sebuah kota.

SOLO BERKARAKTER
Kota kecil dengan suhu udara ideal dan letak geografi yang strategis. Kira-kira begitu kesan pertama kebanyakan orang jika ditanya tentang kota Solo. Tetapi ternyata tidak hanya itu, secara non fisikpun kota Solo mempesona. Masyarakat yang ramah dan berbudaya, yang tetap menjunjung tinggi norma meski bertahun-tahun dilingkupi oleh pembangunan fisik yang sangat pesat. Tetap memiliki kepedulian sosial tinggi meski dikepung oleh banyak arus modernisasi. Mengapa demikian?, padahal jika ditinjau secara mendalam kota Solo mempunyai masyarakat yang sangat heterogen yang terdiri dari berbagai kalangan. Komposisi penduduk yang bermukim di Kota Solo pun sangat beragam, baik dari tingkat pendidikan, agama, ras, maupun kualitas ekonomi.

Pembangunan yang seimbanglah yang menjadi jawaban atas pertanyaan tersebut. Tidak hanya terfokus pada pembangunan fisik tetapi pembangunan karakter juga ditekankan.
Rasa memiliki (sense of belongingness) seseorang yang tinggi terhadap sesuatu akan sangat mempengaruhi kemauan individu tersebut untuk selalu menjaga dan merawat apa yang dia rasa miliki. Begitu juga yang terjadi dengan masyarakat kota Solo. “Rasa memiliki” dan rasa bangga mempunyai kota yang mempesona merupakan salah satu alasan mengapa mereka tetap gigih mempertahankan nilai luhur yang menjadi ciri khas daerahnya, meskipun gempuran modernisasi semakin kuat. Selain itu tingkat ketaatan yang tinggi kepada pemimpin juga disebabkan oleh berhasilnya pencitraan kota atau “city branding” yang dibentuk. Yang pada akhirnya semakin mempertebal sense of belongingness masyarakat.

Perpaduan harmonis antara aroma etnic yang tetap terjaga dan perubahan fisik kota yang signifikan menjadikan Solo semakin berkarakter. Sajian budaya yang sangat kental yang menjadi ciri khas Solo juga memberikan psikoterapi tersendiri bagi setiap orang, baik yang berdomisili di Solo ataupun hanya sekedar sebagai pengunjung. Hal ini berkaitan erat dengan teori kebutuhan dari Abraham Maslow. Bahwa rasa aman dan nyaman yang tercipta dapat membantu memenuhi kebutuhan psikis manusia, dalam hal ini adalah kebutuhan akan rasa aman dan nyaman (need of safety).
Kearifan yang dimiliki oleh setiap warga menjadi bukti konkret bahwa secara psikologis masyarakat sudah matang. Sehingga ketika suatu saat terjadi hal-hal yang bersifat provokatif maka masyarakat akan dapat menyikapinya dengan bijak.

Permasalahan yang setiap kali muncul sebagai jadwal wajib dari sebuah kehidupan, dapat dihadapi dengan baik pula. Meskipun terkadang realita menunjukkan masih adanya ketidak kompakan seratus persen dalam hal kebaikan, atau jika secara kasar dikatakan masih ada pelanggaran terhadap norma-norma. Namun secara esensi, pada dasarnya kekurangan hanyalah salah satu wujud dari skenario kehidupan yang akan berakhir pada pembelajaran.

Tetapi diluar itu terdapat potensi luar biasa yang dimiliki Kota Solo untuk menuju kepada kesuksesan, karena Solo adalah Kota berkarakter. Masyarakat yang kooperatif dengan kapasitas personal yang tinggi merupakan salah satu aset penting dalam mewujudkan sebuah tatanan kota yang ideal dan berkualitas. Karena jika dikatakan fisik kota adalah sebuah raga, maka masyarakat yang ada didalamnya adalah jiwanya. Ruh yang senantiasa memberi nilai kehidupan dan mempengaruhi semua aktifitas yang terjadi didalamnya.

Akan memerlukan energi yang sangat besar ketika suatu daerah atau kota ingin dijadikan maju jika masyarakatnya tidak baik. Dan sangat sulit jika menginginkan suatu kota menjadi berhasil bila tanpa memperhatikan pendidikan karakter masyarakatnya. Sebaliknya jika semua sudah tertata dengan baik. Terjadi keseimbangan antara pertumbuhan materiil dan immateriil, masyarakat yang selalu kooperatif dalam menjalankan roda kehidupan, maka secara otomatis tidak akan sulit mewujudkan kesuksesan kumulatif bagi sebuah kota. Dan karena Kota Solo adalah salah satunya maka akan sangat mungkin bagi kita untuk dapat mewujudkan Solo Raya sukses bersama.