Sunday, July 22, 2012

NAHKODA HEBAT TIDAK LAHIR DARI LAUTAN TENANG

Orang sukses dan hebat adalah orang yang punya karir bagus, uang banyak, bentuk tubuh ideal dan perjalanan hidup yang dipenuhi kemudahan. Kira-kira begitulah penilaian klasik masyarakat saat ini jika ditanya tentang apa itu orang hebat. Maka kitapun tak jarang menjadi merasa jadi pecundang ketika hidup menemui banyak kesulitan. Bahkan sesekali berpikir bahwa kita mungkin termasuk salah satu orang dengan nasib yang kurang baik.

Rekam jejak bercerita, bahwa tidak selalu perjalanan hidup itu menyenangkan, tidak selamanya moment yang dilewati terasa mudah. Tak jarang juga berada pada titik terendah pertahanan, nyaris putus asa. Dan ketika sudah begitu konsep diri menjadi memburuk. Seraya menyalahkan diri mengapa aku tidak bisa meraih capaian seperti oranglain. Dengan hilir sebuah pertanyaan yang sedikit menyakitkan, “apakah mimpi kita layak untuk diperjuangkan?”.

FILOSOFI KECOA
Aku teringat dengan guru biologiku waktu kelas satu Madrasah Aliyah. Setelah menjelaskan tentang system saraf binatang tiba-tiba beliau mengajukan sebuah pertanyaan yang sekilas tampak mudah. “binatang ber sel banyak apakah yang paling kuat?”. Seketika kami (murid-murid beliau) menyebutkan macam-macam nama binatang yang berkesan “GAGAH”, “harimau…, singa…, gajah.., paus..,..”. tetapi tanpa kami duga beliau bilang “SALAH”.., binatang ber sel banyak yang paling kuat adalah “kecoa”.

Belakangan baru aku tahu bahwa ternyata kecoa adalah satu-satunya jenis binatang ber sel banyak yang tidak mati walaupun kepala dan badannya terpisah (putus). Kecoa masih bisa bertahan hidup dengan kondisi badan tanpa kepala selama kurang lebih seminggu sebelum akhirnya mati kelaparan. Meskipun kecoa adalah binatang yang secara wujud tampak lemah dan tidak punya keistimewaan apa-apa. Tapi ternyata secara “kualitas” dia terbukti hebat. Bisa bertahan dalam keadaan yang binatang lain tidak bisa melakukannya. Horrreeee

Dari sana aku simpulkan, terkadang memang manusia menilai sesuatu dari wujud yang tampak saja dan bukan dari apa yang terkandung didalamnya. Kontrol sosial menilai bahwa capaian fisik adalah yang utama. Mereka yang punya karir bagus, tubuh sempurna, dan jalan hidup yag serba mudahlah yang dianggap hebat. Sedang yang sebaliknya adalah orang yang payah dan perlu dikasihani. Tetapi dari kecoa aku belajar sebaliknya. Aku menjadi lebih menghargai “makna” yang terkandung dalam sebuah wujud daripada apa yang tampak.

Ketika bertemu orang dengan cacat tubuh (tidak punya kaki yang sempurna) kemarin, aku bilang bahwa dia jauh lebih hebat dari aku. Kualitas personalnya tinggi sehingga dia bisa tetap menjalani hidup dengan senyum meski keadaannya jauh dari “sempurna”. Dan aku, jika dengan keadaan demikian belum tentu aku bisa setabah dia. Aku lebih suka memuji pegawai rendahan yang jujur daripada pejabat bermobil Alphard yang rakus. Dan aku lebih suka mendoakan untuk kebaikan orang yang selalu bersungguh-sungguh demi mencapai keinginannya daripada orang yang sukses dengan cara haram.

Jadi aku katakan, jika saat ini kita sedang diuji dengan situasi sulit, atau belum ada pencapaian seperti yang kita harapkan. Jangan terlalu terburu-buru untuk memberi label pada diri kita, bahwa kita adalah pecundang, bahwa impian kita tidak lagi layak untuk diperjuangkan. Karena sebenarnya sama sekali tidak seperti itu. Tetapi percayalah, bahwa kita adalah calon orang hebat dengan kualitas personal yang tinggi. Bahwa mimpi kita sangat layak untuk diperjuangkan. Allah memberi “level kesulitan” dalam “permainan” hidup kita sepadan dengan capaian apa yang kita impikan. Tetap tabah dan bersungguh-sungguh. Karena nahkoda hebat tidak terlahir dari lautan yang tenang.